METROHEADLINE.NET , Memperingati Hari Ulos Nasional yang ke-10 tahun, Komunitas Jiwa Perempuan Indonesia (JPI) adakan serangkaian kegiatan budaya dengan tema,”Ulos Sebagai Warisan Budaya Batak Yang Penuh Dengan Keindahan Serta Bertujuan Untuk Mempertahankan Warisan Budaya Indonesia”, Rabu,16 Oktober,2024, Arion Suit Kemang Hotel,Jakarta Selatan, Persembahan Tarian Selamat Datang (oleh ibu-ibu JPI;Isti, Elly, Saphira, Adel)dan yel yel “Aku sehat , cantik Aku, Aku luar biasa, Aku selalu beruntung dan aku sejahtera”, mengiringi acara pembukaan,dipandu oleh Kensita Rama dan Errica Damayanti,menyambut Dewan Pembina Komunitas Jiwa Perempuan Indonesia (JPI), yaitu Dr. Hj. Cri Puspa Dewi Motik, MA, M.Si. dan Hjh.Melani Leimena Suharli serta ucapan doa kesembuhan untuk Tati Hendopiyono yang berhalangan hadir dalam proses Pemulihan kesehatan, Komunitas yang hadir;Mitra Seni Indonesia, PPWN, Yayasan Kebaya, PBU, KPPBI, Indonesia Menari,KCBI FOKBI DKI Jakarta.
Rangkaian kegiatan Budaya JPI berupa acara Talk Show”Indahnya Ragam Ulos”oleh pembicara Melinda Siahaan (Desainer) dan Martha Simanjuntak (Praktisi Kebudayaan), Penampilan artis bersuara Sopran;Bornok Hutauruk (Hutauruk Sister), Penampilan Saxophone;Yuyun George ,Tari tarian khas Batak , Fashion Show para Desainer , yaitu;Dr. Ella, dengan Peragawati; Elly, Saphira, Desainer Etty Nafis (Maritha) dengan Peragawati;Tine, Kritin,Desainer Harni Harun (Nanunisa) dengan Peragawati;Baby, Maya, Desainer Liliek Kemas,dengan Peragawati;Ambar, Mia, Desainer Runti Rani (Arunikara), dengan Peragawati ; Wiwied, Lola, Desainer Arsita(Arsita Craft)dengan Peragawati;Santi, Desainer Martha Simanjuntak;dengan Peragawati; Etty Nafis,Ayu, Desainer Ria(Ria Collection);dengan Peragawati; Arimbi, Anna, Mella, Desainer Melinda Siahaan;denganPeragawati;Vera,Rosmaniar,Tia, Persembahan Tarian Madley Puak Suku Batak Martha Etnika dari Anjungan Sumut, Persembahan Angklung Ikatan Mantan Awak Garuda Indonesia (IMAKGI), lomba Nortor dan Best Dress,Bazar UMKM, Organ Hiburan Tunggal.
Dr. Isabella Korag, Ketua Panitia menyampaikan bahwa Kain Ulos adalah milik Suku Batak, Sumatera Utara, wajib dilestarikan oleh generasi mendatang,Komunitas Jiwa Perempuan Indonesia menggaungkan kegiatan seperti ini agar banyak pihak ikut merasa memiliki bahwa Ulos adalah satu-satunya di antara keberagaman kekayaan Nusantara, industri kerajinan dan souvenir dari bahan Ulos, desain padu padan baju baju dan kain ulos dapat meningkatkan perekonomian semua pihak dan hal ini adalah bagian perkembangan zaman yang harus didukung dan dibarengi oleh berbagai sarana edukasi agar makna yang terkandung pada kain Ulos tidak mengalami perubahan nilai yang akan berakhir pada penuhan.
Ketua Umum JPI, Purnama Sitompul mengulas keberadaan Ulos sebagai perjalanan hidup Kebudayaan Indonesia seperti Kain Wastra Batik di Indonesia, Ulos diciptakan untuk setiap pencapaian yaitu perkawinan, kelahiran , dan acara dukacita, Ulos hadir dengan bahasa indah, tarikan garis-garis dari serat menjadi benang, proses pewarnaan, merajut benang dan motif menjadi lembaran kain Ulos yang unik artistik ,Ulos adalah lambang leluhur suku adat dan garis Marga penuh dengan aturan norma komunal spiritual , disepakati sebagai identitas bersama dan simbol status sosial, pada Ulos tertuang harkat jiwa dan kesantunan perempuan suku batak yang berbudaya, utamanya mewariskan ketrampilan kepada anak-anaknya penuh dengan kesabaran dan kepatuhan, jika disentuh dan digenggam penuh kehangatan dalam membantu menopang perekonomian keluarga.
Purnama Sitompul bersama Jajaran Komunitas Jiwa Perempuan Indonesia akan terus berupaya melestarikan peradaban Ulos sebagai warisan budaya tak benda Indonesia setelah ditetapkan pada 17 Oktober 2014, sebagai hari Ulos Nasional, membangun ruang-ruang diskusi yang melibatkan banyak pakar dan Praktisi Kebudayaan yang memahami seluk beluk Ulos, JPI berdaya kreativitas tinggi dan bersinergi bersama para Desainer dan pelaku UMKM, Keprihatinan disampaikan Purnama Sitompul,saat ini banyak suku Batak terutama yang tinggal di perkotaan tidak bisa berbahasa Batak yang sudah pasti menimbulkan kerugian bagi suku Batak, upaya agar ulos mendapatkan pengakuan UNESCO masih terganjal oleh ketentuan bahwa bukan sumber nilai benda,nya tetapi bagaimana Ulos dapat dipakai dalam keseharian.
Talk Show ” Indahnya Ragam Ulos” bersama dua pembicara yaitu Melinda Siahaan dan Martha Simanjuntak, menjadi bagian yang paling ditunggu untuk memahami agar tidak terjadi kesahan dalam penggunaan Ulos, Martha Simanjuntak, berbicara dari sisi perkembamgan Ulos,dimulai dari Covid 19, Pemerintah diberlakukan aturan tinggal di rumah, praktis dirinya berhenti beraktivitas sebagai Konsultan Pemberdayaan Perempuan yang sudah digelutinya selama selama 15 tahun, dan tentunya sebagai orang Batak yang terdidik mandiri, berkegiatan dirumah terinspirasi oleh kekaguman dan keunikan Ulos, mengingat dipenuhi pertanyaan, apakah Ulos boleh dibuat baju, mengingat timbul keraguan karena Ulos umumnya hanya bisa digunakan di saat tertentu dianggap sebagai salah satu benda sakral karena menjadi bagian acara-acara adat, didorong rasa suka cita atas Danau Toba menjadi bagian 10 Destinasi Wisata oleh Pemerintah dan saat mengunjungi salah satu butik di Surabaya, banyak tamu berkunjung ke butik tersebut untuk membeli Ulos tanpa tahu maknanya, bahkan banyak yang tidak bisa membedakan antara Ulos dan kain tenun NTT, lewat”The Power Of Internet dan dengan motto bukan orang Batak kalau tidak bisa bikin baju dari Ulos” Martha Simanjuntak mantap menjadi pelaku dan penggiat Desainer Baju Ulos, berkarya lewat motif-motif desain dan fokus mempromosikan identitas lokal dan inovasi baju Ulos sekaligus memiliki vis yaitu mengubah cara pandang orang terkait suku atau orang Batak yang keras, dan galak, melalui refleksi karya baju Ulos yang dapat dipadukan dengan jeans, baju dan blazer Ulos di pakai di kantor-kantor, trend mode baju Ulos dapat dijadikan jembatan merawat dan menghargai keindahan Ulos.
Melinda Siahaan, mengajak para peserta yang hadir untuk mengikuti aturan norma penggunaan Ulos dan disambut antusias oleh para undangan yang hadir, , menurut Melinda Siahaan, tidak semua kain adalah Ulos, Ulos yang dipakai laki-laki tentunya berbeda dengan ulos yang dipakai perempuan, sambil menampilkan beberapa kain dan Ulos yang dibawa sebagai contoh- contoh perbandingan,Melinda Siahaan membuka lembar satu set kain dan selendang motif Tumtum dengan tumpal ditengah bahwa tidak bisa dikatakan sebagai Ulos tetapi tepatnya adalah satu set kain dan selendang tenun, Ulos Sodung sebaiknya dipakai untuk kaum perempuan,motif dalam Ulos Sodung terdapat songket yang umumnya orang mengetahui songket hanya berasal dari Palembang atau Padang, selehingga bolehlah kita katakan songket motif Batak tumtuman atau motif Sodung, Ulos berwarna Kecoklatan dengan benang bermer yaitu kain tanpa sambungan yang semuanya adalah motif Batak yang dikerjakan dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), Proses pengerjaan hanya duduk dan tangan yang bergerak, tenun Gedogan adalah tenun yang bisanya dari Toba dikerjakan dengan tangan asli oleh inang inang dengan menggunakan lebih dari 60 lidi yang dimasukkan ke rangkaian benang, biasanya dikerjakan secara tradisional oleh inang-inang sudah lanjut usia, hingga tekstur badan terbungkuk, dari situ rasa iba sangat menguras perasaan hati, namun mereka mengerjakan dengan penuh ketulusan, belum lagi pekerjaan pewarnaan alam, untuk menjadi Ulos minimal membutuhkan waktu empat hingga lima bulan dari proses pemintalan benang yang bahan dasarnya adalah serat kulit kayu, Tenun Ragi Hotang saat ini hadir dengan beragam inovasi jauh berbeda dengan tenun Ragi Hotang lawas, sebenarnya, tenun ini dibuat untuk mempersatukan dua keluarga, pengantin wanita dan pengantin pria di Ulosi di kedua bahu mempelai dan ujung Ulos dengan benang terjuntai kemudian diikat,nantinya disirat sesuai nama kedua mempelai pengantin, Ulos Pasamot, yaitu Ulos dari besan perempuan ke besan laki laki-laki, saat meninggal, Ulos Pasamot selanjutnya digunakan untuk menutupi diri di dalam peti matinya sebelum diganti oleh Ulos yang diberikan oleh hula hulanya, Ulos Bntang Maratur yang melambangkan kasih memiliki makna dan harapan agar yang memakainya memiliki kehidupan yang selalu baik, Ulos Tondi digunakan untuk acara kehamilan fi usia tujuh bulan.
“Satu Kalimat untuk Purnama Sitompul, Perempuan Hebat!, teruslah berkarydan berkegiatan meski menghadapi banyak rintangan” kata Dewan Pembina JPI, Dr. Hj. Cri Puspa Dewi Motik, MA, M.Si memberikan dukungan kepada Purnama Sitompul
Ucapan Terimakasih disampaikan oleh Ketua Panitia, Isabella Korag, dan Ketua Umum, Purnama Sitompul, Serta segenap pengurus JPI, kepada semua pihak yang mendukung berlangsungnya acara Hari Ulos Nasional 2024 JPI, Terutama Sponsor pendukung acara Travel Al Amien Universal Haji dan Umroh, Garnier,Para Desainer, Praktisi Kebudayaan dan para peserta bazar UMKM; Maritha by Etty Nafis, WP Aesthetic Clinic, Santi Barley Powder, Ulos Basana, Lemari Ratih, Arumi Kara,Tenun Lawas Fahrul Rawamgun, Rasidin Boutique, Kain Etnik Dita,Blomster, Produk etnik Meiske, Lima By Anita, Rumah Tonun, Natasha Dr. Freddy Setiawan , acara ditutup dengan bernyanyi bersama oleh organ tunggal, penuh kehangatan dan memperkuat ikatan kekeluargaan Jiwa Perempuan Indonesia, SELAMAT HARI ULOS NASIONAL 2024.
Dyan Sevika
(Ketua Umum DPP Jaringan Media Nasional)